Monday, September 22, 2014

PENGERTIAN TAUHID ULUHIYYAH

PENGERTIAN TAUHID ULUHIYYAH

Tauhid, seperti yang sudah kita pelajari bersama artinya adalah mengesakan atau menunggalkan. Dalam arti kita meyakini bahwa Allah itu MahaEsa atau MahaTunggal.

Uluhiyyah sendiri diambil dari akar kata  aliha-ya lahu, ilaahan atau uluuhan.
Secara bahasa, erti kata aliha iaitu bertujuan, mendedikasikan diri kepada, mencintai sesuatu sepenuh hati, menghambakan diri kepadanya, bermonoloyalitas kepada…..
Jadi, kita adalah  aalih, atau orang yang melakukan uluuh. Berarti kita harus mencintai, menghambakan diri kepada, bermonoloyalitas kepada Zat yang kepada-Nya kita beruluuh.
Allah adalah  ma-luuuh. Dalam erti yang dicintai sepenuh hati, yang kepada-Nya kita bermonoloyalitas, yang terhadap-Nya kita menghambakan diri, dan seterusnya. Sebanyak dan seragam makna uluuh itu sendiri.

Kata  uluhiyyah adalah kata uluuh yang diberi imbuhan yaa An-Nisbah. Artinya, Tauhid Uluhiyyah adalah penunggalan dan pengesaan Allah dalam hal uluhiyyah.

Ertinya, kita harus meyakini bahwa adalah satu-satunya yang kita cintai sepenuh hati, yang kita tunggalkan ketaatan secara mutlak kepada-Nya, yang kita menghambakan diri dan mengabdi kepadanya. Dan itulah makna sejati dari Laa Ilaaha Illalah.

Laa ilaaha illallah bukan sekadar berarti TIDAK ADA TUHAN SELAIN ALLAH. Tapi artinya, Tidak ada yang berhak diibadahi, tidak ada yang berhak kita cintai sepenuh hati, yang kita taat kepada-Nya secara mutlak, yang kita mengabdikan diri dan  menghambakan diri kepada-Nya, kecuali Allah semata. Tidak ada sekutu bagi-Nya.

Artinya, kalau sekadar mengakui bahwa Tidak Ada Tuhan Selain Allah, seseorang belum dikatakan telah bersyahadat secara sempurna dalam keyakinannya. Karena orang-orang musyrik juga mengakui syahadat yang hanya sebatas itu, yakni bawa tidak ada Tuhan kecuali Allah semata.

Definisi Tauhid Uluhiyyah
Uluhiyah adalah ibadah. Tauhid uluhiyah adalah mengesakan Allah melalui perbuatan para hamba berdasarkan niat taqarrub atau mendekatkan diri kepada Allah, yang disyari’atkan.
Artinya, proses penerapan Tauhid Uluhiyyah adalah melalui perbuatan seorang hamba yang mengesakan Allah dalam ibadah. Ia hanya beribadah kepada Allah saja tidak kepada selain-Nya. Dan ibadah itu dilakukan untuk tujuan mendekatkan diri kepada-Nya.
Selain itu, ibadah yang dilakukan kepada Allah hanya dengan cara yang disyariatkan oleh Allah saja, tidak dengan cara yang dikehendai oleh si hamba sendiri.

Contoh dari ibadah yang mendekatkan diri dengan cara yang disyariatkan itu adalah berdo’a, bernazar, berkorban, raja (Mengharapkan Keredhaan Allah, mengharapkan rahmat, ampunan dan Syurga-Nya),  khauf (takut terhadap kemarahan, adzab Allah, dan Neraka-Nya), tawakkal,  dan berbagai jenis ibadat lahir mahupun batin yang disyariatkan dan dijelaskan tata caranya oleh Allah, melalui Nabi-Nya, Muhammad .
Tauhid Uluhiyyah inilah yang menjadi intisari dakwah para nabi dan rasul sejak awal, hingga nabi Muhammad.

Allah  berfirman,
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): ‘Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah thaghut itu’.” (An-Nahl: 36) .
“Dan Kami tidak mengutus seorang Rasul pun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya, ‘Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang haq) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku’.” (Al-Anbiya’: 25)

Setiap Nabi dan Rasul selalu mengajak umatnya untuk merealisasikan tauhid uluhiyyah ini.  Sebagaimana yang diucapkan oleh Nabi Nuh, Hud, Shalih, Syu’aib, dan lain-lain: “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagi-mu selainNya.” (Al-A’raf: 59, 65, 73, 85) .
“Dan ingatlah Ibrahim, ketika ia berkata kepada kaumnya, ‘Sembahlah olehmu Allah dan bertakwalah kepadaNya’.” (Al-Ankabut: 16)

Demikian jugaa Allah memerintahkan Nabi Muhammad n,
“Katakanlah, ‘Sesungguhnya aku diperintahkan supaya menyem-bah Allah dengan memurnikan ketaatan kepadaNya dalam (men-jalankan) agama’.” (Az-Zumar: 11)

Rasulullah n sendiri bersabda,
“Saya diperintahkan untuk memerangi manusia sampai mereka bersaksi bahwa tiada ilah (sesembahan) yang haq kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah Rasulullah.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Setiap muslim yang sudah mukallaf, yakni sudah terkena beban syariat, sudah wajib melaksanakan hukum syariat, wajib merealisasikan tauhid ini, lebih dari segala kewajiban yang ada.
Allah berfirman,

“Maka ketahuilah bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disem-bah) melainkan Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu…”. (Muhammad: 19)
Bahkan, kewajiban pertama bagi orang yang ingin masuk Islam adalah melalukan sebuah ikrar, perjanjian dan persaksian, melalui dua kalimah syahadat, yang merupakan persaksian terhadap Tauhid Uluuhiyyah, seperti sudah dijelaskan sebelumnya.
Dengan demikian dapat ditegaskan bahwa Tauhid Uluuhiyyah adalah tujuan utama dakwah para nabi dan rasul.. Oleh sebab itu pula,  uluhiyah adalah sifat Allah yang dipilih oleh Allah sebagai  nama-Nya, “Allah”, yang artinya Dzul Uluhiyah (yang memiliki hak terhadap uluhiyah).

Karana Allah Maha Esa dalam ibadat, yakni dalam hak untuk beribadat, maka Allah tidak mengampuni dosa kemusyrikan, sampai seorang  hamba bertaubat. Karena kemusyrikan berarti keyakinan dan upaya untuk menduakan Allah dalam hak beribadat. Dan itu adalah kezaliman besar seorang hamba, terhadap dirinya sendiri

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik. (An-Nisa’: 48, 116)
“…seandainya mereka mempersekutukan Allah, nescaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan.” (Al-An’am: 88)

“Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), nescaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.” (Az-Zumar: 65)

Maka, camkanlah apa yang didakwahkan para rasul
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukanNya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak …”. (An-Nisa’: 36) .

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan kamu supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya …” (Al-Isra’: 23) .

“Katakanlah, ‘Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu dari Tuhanmu, yaitu: janganlah kamu mempersekutukan kamu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu-bapa …’.” (Al-An’am: 151)


HANYA SEKADAR INFO UNTUK BERKONGSI. UNTUK SELANJUTNYA CARILAH GURU.

No comments:

Post a Comment